BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
B. RUMUSAN
MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
“ JAUHI SIFAT AMARAH, DENGKI DAN
SOMBONG “
A.
AMARAH
Definisi
Marah itu sebenarnya adalah suatu perasaan yg
asalnya dari secebis api yang tercipta dari kekuasaan Allah SWT, yang panasnya
naik ke pangkal hati dan bersemadi pula di dalam lubuk hati hingga membara,
kemudian diselaputi oleh abunya. Daripadanya terpancar sifat amarah yang
terpendam di dalam hati setiap orang yang sombong dan bongkak, seperti
terpancarnya api dari batu yang bergesel dengan batu atau objek lain yang boleh
mengeluarkan api.Orang yg melihat dengan nurul-yakin(cahaya keyakinan)
sesungguhnya dapat menyingkap , bahawa dari manusia itu telah ditarik sepotong
urat yang berhubung kait dengan hasutan syaitan, apabila api kemarahan
seseorang itu mula berkobar-kobar, maka, hasutan syaitan menjadi semakin kukuh
dan membuak-buak, sebagaimana pernah diceritakan dalam al-quran surah al-A’raf
ayat 12 yg bermaksud: “ENGKAU (TUHAN) TELAH MENCIPTAKAN AKU DARI
API, DAN ENGKAU CIPTAKAN IA (MANUSIA) DARI TANAH”.
Sikap tanah itu sentiasa bertenang dan tetap, manakala sifat api pula bernyala-nyala, menyerang, berkobar-kobar dan bergelodak. Kemudian timbul dari sifat marah itu perasaan-perasaan lain, yaitu DENDAM, HASAD dan DENGKI, dan menerusi sifat-sifat inilah telah banyak orang yg binasa dan banyak juga orang yg rosak. Pokok segala kebinasaan dan kerosakan itu berpunca dari seketul daging(hati), jika hati dijaga dengan baik, mka baiklah seluruh tubuh badan seseorang.
Jika sekiranya kita telah mengetahui bahawa sifat-sifat dendam, dengki dan marah itu di antara sifat-sifat yang menarik atau membawa manusia kepada sebab-sebab kemusnahan dan kecelakaan, maka perlulah seseorang itu mengetahui sebab-sebab pendorongnya atau punca-punca perosaknya, agar ia dapat menghindarkan diri daripada bahaya-bahaya itu, dan agar ia dapat berhati-hati dan menjauhkan hati dari diseliputi perasaan tersebut.
Sikap tanah itu sentiasa bertenang dan tetap, manakala sifat api pula bernyala-nyala, menyerang, berkobar-kobar dan bergelodak. Kemudian timbul dari sifat marah itu perasaan-perasaan lain, yaitu DENDAM, HASAD dan DENGKI, dan menerusi sifat-sifat inilah telah banyak orang yg binasa dan banyak juga orang yg rosak. Pokok segala kebinasaan dan kerosakan itu berpunca dari seketul daging(hati), jika hati dijaga dengan baik, mka baiklah seluruh tubuh badan seseorang.
Jika sekiranya kita telah mengetahui bahawa sifat-sifat dendam, dengki dan marah itu di antara sifat-sifat yang menarik atau membawa manusia kepada sebab-sebab kemusnahan dan kecelakaan, maka perlulah seseorang itu mengetahui sebab-sebab pendorongnya atau punca-punca perosaknya, agar ia dapat menghindarkan diri daripada bahaya-bahaya itu, dan agar ia dapat berhati-hati dan menjauhkan hati dari diseliputi perasaan tersebut.
Akibat Yang Ditimbulkan
Keburukan Sifat Marah tertera dalam surah al-fath: ayat 26, Allah SWT telah berfirman yg bermaksud: “PERHATIKAN KETIKA ALLAH MENIMBULKAN DALAM HATI ORANG-ORANG YG TIDAK BERIMAN KEPADANYA ITU, PERASAAN SOMBONG, IAITU SIFAT SOMBONG DI ZAMAN JAHILIAH, LALU ALLAH MENURUNKAN PULA KETENANGANNYA KE ATAS RASULNYA DAN KE ATAS KAUM MU’MININ”.
Ayat ini telah mencela kaum musyrikin atau orang-orang yg tidak beriman kepada Allah SWT,disebabkan mereka telah melahirkan perasaan sombong yang timbul dari perasaan marah terhadap yg berhak dan membela yg batil.Begitu pula ia telah memuji juga kaum Mu’minin atau orang-orang yg beriman terhadap Allah SWT, disebabkan sikap mereka yg menerima secara ikhlas dan penuh kesedaran, lalu diturunkan ke atas mereka perasaan tenang.
Diriwayatkan, ada seorang telah mendatangi Rasullullah SAW. sambil memohon supaya baginda mewasiatkan sesuatu wasiat yg pendek dan sedikit sahaja. Maka baginda bersabda kepadanya:“JANGAN MARAH! Diulangi permintaannya lagi, maka baginda bersabda sekali lagi : JANGAN MARAH! Rasullullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat: apakah yg kamu dapat fahamkan tentang maksud bergelut? Kata para sahabat: penggusti yg tidak dapat ditumbangkan dalam pergelutannya. Sabda Baginda: Bukan itu yg aku maksudkan, tetapi orang yg bergelut itu adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika dalam kemuncak kemarahannya.
Berkata Ja’far r.a: Kemarahan itu kunci segala kecelakaan. Sesetengah para sahabat berkata: Pokok pangkal sifat bodoh itu adalah DEGIL dan pemimpinnya ialah MARAH. Barang siapa yg merelakan dirinya diselimuti dengan kejahilan, tidak perlu lagi baginya sifat toleransi. Toleransi adalah sifat yg baik dan banyak mendatangkan manfaat.Sedangkan kejahilan pula adalah sifat yg buruk dan mendatangkan banyak mudarat. Berdiam diri atau tidak melayani pertanyaan dari seorang yg bodoh adalah jawapannya
Keburukan Sifat Marah tertera dalam surah al-fath: ayat 26, Allah SWT telah berfirman yg bermaksud: “PERHATIKAN KETIKA ALLAH MENIMBULKAN DALAM HATI ORANG-ORANG YG TIDAK BERIMAN KEPADANYA ITU, PERASAAN SOMBONG, IAITU SIFAT SOMBONG DI ZAMAN JAHILIAH, LALU ALLAH MENURUNKAN PULA KETENANGANNYA KE ATAS RASULNYA DAN KE ATAS KAUM MU’MININ”.
Ayat ini telah mencela kaum musyrikin atau orang-orang yg tidak beriman kepada Allah SWT,disebabkan mereka telah melahirkan perasaan sombong yang timbul dari perasaan marah terhadap yg berhak dan membela yg batil.Begitu pula ia telah memuji juga kaum Mu’minin atau orang-orang yg beriman terhadap Allah SWT, disebabkan sikap mereka yg menerima secara ikhlas dan penuh kesedaran, lalu diturunkan ke atas mereka perasaan tenang.
Diriwayatkan, ada seorang telah mendatangi Rasullullah SAW. sambil memohon supaya baginda mewasiatkan sesuatu wasiat yg pendek dan sedikit sahaja. Maka baginda bersabda kepadanya:“JANGAN MARAH! Diulangi permintaannya lagi, maka baginda bersabda sekali lagi : JANGAN MARAH! Rasullullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat: apakah yg kamu dapat fahamkan tentang maksud bergelut? Kata para sahabat: penggusti yg tidak dapat ditumbangkan dalam pergelutannya. Sabda Baginda: Bukan itu yg aku maksudkan, tetapi orang yg bergelut itu adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika dalam kemuncak kemarahannya.
Berkata Ja’far r.a: Kemarahan itu kunci segala kecelakaan. Sesetengah para sahabat berkata: Pokok pangkal sifat bodoh itu adalah DEGIL dan pemimpinnya ialah MARAH. Barang siapa yg merelakan dirinya diselimuti dengan kejahilan, tidak perlu lagi baginya sifat toleransi. Toleransi adalah sifat yg baik dan banyak mendatangkan manfaat.Sedangkan kejahilan pula adalah sifat yg buruk dan mendatangkan banyak mudarat. Berdiam diri atau tidak melayani pertanyaan dari seorang yg bodoh adalah jawapannya
Cara
Mengendalikan Sifat Amarah
Syekh Abdul Azis bin Fathi
as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyahmengungkapkan
hendaknya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah.
Berikut adab atau cara
mengendalikan marah menurut Islam:
1.
Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Marah karena Allah
merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan pahala. Seorang Muslim yang
marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah,
misalnya marah ketika menyaksikan perbuatan haram.
2.
Berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Sesungguhnya
semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Abdul Azis bin Fathi
as-Sayyid Nada mengingatkan, kemarahan kerap berujung pada pertikaian dan
perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan dapat
pula memutuskan silaturahim.
3.
Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah ketika marah. Ketika
mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak
jadi marah sama sekali. Itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang
untuk berlaku santun dan sabar.
4.
Menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah SWT menyukai
seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya. Allah SWT berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang
lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134).
5.
Berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, “Jika
seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah
SWT) niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.)
6.
Diam. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan
jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.”
(HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat
merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
7.
Mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah
merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Jika salah
seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila
marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).
8.
Berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api
setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.
9.
Memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya
memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para
hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy-Syuura:37).
B.
DENGKI
Definisi
Dengki atau disebut juga hasad berasal dari
kata bahasa Arab Hasada, bentuk fa’ilnya adalah Hasid.
Hasad adalah membenci kenikmatan Allah kepada saudaranya, dan ia menginginkan
kenikmatan itu hilang darinya. Atau sikap senang atas hilangnya nikmat orang
lain, atas rasa gembira, atas musibah yang menimpa mereka. Akan tetapi, jika ia
tidak membenci hal itu bagi saudaranya, maka ia tidak menginginkan
kehilangannya, tetapi menginginkannya untuk dirinya sebagaimana yang ada pada
saudaranya. Hal ini disebut dengan ghibthah. Rasulullah saw. Bersabda, “ Orang
Mukmin bersifat Ghibtah dan orang munafik bersifat hasad.
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
"Janganlah kalian
saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan
janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya."
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya."
(Riwayat Muslim)
Faktor – Faktor Penyebab
Al-Ghazali berpandangan bahwa hasad memiliki
banyak sebab, yaitu permusuhan, ingin disanjung, kebencian, kesombongan, ‘ujub,
ketakutan hilangnya maksud-maksud yang diinginkan, cinta kekuasaan dan kotornya
jiwa dan kebakhilan.
Akibat
Dengki adalah penyakit hati yang keras. Ia
merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membatalkan seluruh (pahala)
kebaikan dan mengantarkan kita kepada murka Allah. Dengki dapat mengakibatkan
seseorang selalu dirudung rasa sedih, dan itu tergantug pada orang yang
didengki. Jika orang yang didengki itu semakin sempurna dan tercapai
segala nikmatnya, maka semakin sedihlah si pendengki itu. Orang yang hasud
tidak akan berhenti dirundung rasa susah, sebab orang-orang yang dibencinya
akan selalu memperoleh nikmat. Pendengki itu ibarat seseorang yang melemparkan
musuhnya dengan batu, namun tidak mengenainya, bahkan malah berbalik mengenai
matanya dan membutakannya. Sang pendengki akan selalu merasa sakit dan rasa
sakit itu akan menjadi teman tidurnya siang dan malam. Dan sikap ini berarti
menunjukkan akan kebenciannya terhadap nikmat Allah Swt., maka orang yang
mendapat nikmat itu mendapat pahala, sementara si pendengki malah beroleh dosa.
Langkah – Langkah
Menghindari Sifat Dengki
Untuk terhindar dari hasad, perlu bagi kita
untuk mengetahui bahwa kedengkian akan berbahaya bagi dirinya, tetapi tidak
bagi pihak yang didengki (mahsud), bahkan sebaliknya bermanfaat bagi yang
didengki. Sebab kebaikan si pendengki dilemparkan kepada orang yang
mendengkinya. Karena Rasulullah Saw. Pernah bersabda, “ Sikap hasud
akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” Adapun solusi
yang bersifat praktis adalah dengan mengenali hukum-hukum dengki beserta
kata-kata dan perilaku yang menjurus pada perbuatan tersebut. Kemudian ia harus
berbuat hal-hal yang berlawanan dengan semua itu; yaitu dengan memuji orang
yang dihasud, menampakkan atas anugerah yang terlimpah padanya dan bersikap
tawadhuk kepadanya. Dengan demikian, orang yang dihasud akan menjadi temannya,
rasa hasudnya akan sirna dan ia akan terbebas dari sifat tersebut. Berhubungan
dengan ini Allah berfirman, “ Dan
tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
di antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
setia.” (Q.S. Al-A’raf: 154).
ALLAH
SWT telah memerintahkan Rasulullah SAW agar senantiasa berlindung dari sifat
dengki. Dalam surat Al-Falaq ayat 5, ALLAH berfirman,
وَمِنْ
شَرِّ
حَاسِدٍ
إِذَا
حَسَدَ
“Dan
dari kejahatan pendengki, apabila ia mendengki.”
Rasulullah
SAW bersabda,
إيَّاكُمْ
وَ
الْحَسَدَ
, فَإِنَّ
الْحَسَدَ
يَأْكُلَ
الْحَسَنَاتِ
, كَمَ
تَأْكُلَ
النَّارِالحَطَبِ
“Jauhilah
diri kalian dari sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan (pahala)
kebajikan sebagaimana api membakar kayu.”
Dalam
sabdanya yang lain Rasul berpesan,
لاَ
تَجْتَمِعُ
فِي
خَوْفِ
عَبْدٍ
, اَلْإيْمَانُ
وَالْحَسَدُ
“Tidak
akan berkumpul di dalam batin seorang hamba itu iman dan dengki.”
Hadist
ini amat berat. Dari hadist ini dapat kita pahami bahwa orang beriman tidak
akan memiliki sifat dengki. Jikalau mempunyai sifat dengki, berarti ia belum
beriman (belum sempurna imannya).
Rasulullah
SAW bersabda,
ثَلاَثٌ
لاَ
يَخْلُوْ
مِنْهُنَّ
أَحَدٌ
: اَلْحَسَدُ
, وَ
الظَّنُّ
, وَ
الطِّيَرَةُ
. أَفَلاَ
اُنَبِّئُكُم
بِالْمَخْرَجِ
مِنْ
ذَللِكَ
: إذَا
حَسَدْتَ
فَلاَ
تَبْغِ
وَ
إذَا
ظَنَنْتَ
فَلاَ
تُحَقِّقِ
, وَ
إذَا
تَطَيَّرْتَ
فَامْضِ
“Tiga
perkara yang tidak akan terlepas seseorang dari padanya, sifat dengki,
prasangka buruk dan memandang sial terhadap sesuatu. Maukah engkau kutunjukkan jalan
keluarnya. Jika engkau mendengki, jangan melampaui batas. Jika engkau
berprasangka buruk, jangan engkau benarkan. Dan jika anda merasa sial, maka
teruskanlah1.”
Orang
yang mendengki hendaknya melawan perasaan hatinya dengan memuji orang yang
didengki, serta memuliakan dan membantunya. Ini adalah cara yang paling mujarab
untuk menghilangkan perasaan dengki.
Rasulullah
SAW bersabda,
لاَ
تَحَاسَدُوْا
وَلاَ
تَبَاغَضُوْا
وَلاَ
تَدَابَرُوْا
“Janganlah
engkau saling mendengki, janganlah membenci, dan janganlah saling bermusuhan.”
Jadi, agar terhindar dari sifat dengki, maka
hal yang pertama harus dilakukan adalah jangan menampakkan rasa hasud baik
dengan lidah, gerakan fisik dan upaya-upaya sadar kita, akan tetapi lakukanlah
sebaliknya. Kedua, jangan biarkan diri kita merasa senang atas hilangnya nikmat
Allah dari hamba-Nya.
C.
SOMBONG
Definisi
Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid,
sombong berasal dari kata bahasa Arab Takabbara, masdarnya adalah Takabbur yang
artinya adalah sombong. Kata ini pun berkembang menjadi al-Kibriyaa’,
al-kibr yang berarti kesombongan, dan memiliki kesamaan arti denganIstakbara yang
masdarnya adalah Istikbar. Namun makna lebih jauhnya lagi, kata al-Kibrberarti
sifat sombong itu sendiri, Takabbur berarti tindakan yang
sombong, sedangkanIstikbar adalah tindakan sombong yang sudah
meminta keterlibatan orang lain untuk ikut bersikap sombong.
Allah Swt berfirman dalam Q. S. Al-A’raf :146),
“Aku akan memalingkan orang-orang yang
menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda
kekuasaan-Ku.” Dan dalam salah satu hadits qudsi Rasulullah Saw
bersabda: “ Kesombongan itu adalah
kain selendang-Ku dan kebesaran itu kain sarung-Ku. Barangsiapa melawan Aku
pada salah satu dari keduanya, niscaya Aku melemparkannya ke dalam neraka
Jahannam” (Hadis qudsi).
Menurut Al-Ghazali,
kesombongan adalah suatu sifat di dalam jiwa yang tumbuh dari penglihatan
nafsu. Sifat ini bermula dari virus hati yang menganggap dirinya paling mulia
dan terhormat. Sedangkan orang lain dalam pandangannya adalah hina dan tercela.
Maka sikap sombongnya ini hampir sama seperti sikap iblis yang tak mau sujud
pada Adam ketika Allah memerintahkan mereka, dan mengatakan: “ … Aku lebih baik dari padanya (Adam). Aku Engkau ciptakan dari
api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (Q.S. Shad: 76)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. “ (QS.
Luqman:18)
Hakikat sombong, menurut al-Ghazali, adalah
apabila seseorang memandang dirinya lebih unggul daripada orang lain dalam segi
kesempurnaan sifat. Dan sesungguhnya sifat ini menyebabkan kehinaan dan
kegoyahan akidah.
Faktor – Faktor
Penyebab Sifat Sombong
Al-Ghazali menyebutkan
bahwa penyebab utama dari penyakit hati ini terdiri dari beberapa sudut
pandang, diantaranya adalah sebab pada orang yang menyombongkan diri, yakni
Ujub, kemudian menyangkut orang yang disombongkan, yakni dendam dan dengki, dan
yang berkaitan dengan yang lain dari keduanya, yakni riya’. Singkatnya,
sebab-sebab sombong itu ada empat, yaitu ujub, dendam, dengki dan riya’. Namun
al-Ghazali pun mengklasifikasikan bahwa sumber-sumber kesombongan itu ada 4
macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mengerti, dalam arti banyak
orang-orang yang alim yang mengerti banyak hal, akan tetapi ia tak luput
dari kesombongan. Karena ilmu merupakan keutamaan paling tinggi di sisi
Allah, maka tak sedikit orang yang berilmu melihat dirinya lebih unggul
daripada orang lain. Rasulullah Saw. Bersabda: “ Bahaya mengerti
adalah sombong.” Hadis lain mengatakan, “ Janganlah kalian
termasuk orang-orang alim yang sombong, sebab ilmumu tidak sebanding
dengan kebodohanmu.” Orang alim yang sombong memiliki karakter yang
menganggap dirinya di sisi Allah lebih hebat daripada orang lain, atau
menganggap bahwa hak-haknya merupakan kewajiban orang lain, bahkan merasa
heran jika orang-orang tidak tunduk kepadanya.
- Wara’ (Waspada) dan Ibadah,
bahwa sesungguhnya ahli ibadah pun tidak kedap dari takabur. Dengan
ketekunan mereka dalam menjalankan ibadah, orang-orang ini mennganggap
bahwa diri mereka seolah lebih hebat dan utama daripada Nabi, dan
barangsiapa yang telah berani menyakitinya maka akan dianggap lebih hina
daripada orang-orang kafir.
- Sombong karena faktor
keturunan. Orang yang menyombongkan asal- usul keturunannya akan semakin
sombong dengan perlakuan khusus dari orang lain.
- Sombong yang disebabkan oleh
harta dan pengikut. Sesungguhnya takabur semacam ini adalah merupakan
ketersimpangan dari jati diri. Mereka berbangga akan banyaknya harta yang
mereka miliki, atau dengan rupa wajah mereka yang cantik maupun tampan.
Akibat Yang
Ditimbulkan Dari Sifat Sombong
Kesombongan adalah
dosa yang begitu besar, hingga jika seseorang yang dalam hatinya tersimpan
kesombongan seberat biji sawi pun, maka ia tidak akan masuk surga, karena dalam
sikap sombong terdapat tiga kotoran yang besar Pertama, ia menyamai Allah dalam
kekhususan sifat-Nya. Kesombongan adalah selendang Allah sebagaimana
difirmankan-Nya. Karena itu keagungan tidak layak disandangkan selain bagi-Nya.
Kedua, sikap sombongmenyebabkan penolakan kebenaran dan menghinakan mahluk-mahluk
lain. Rasulullah Saw. Bersabda, “Sikap sombong termasuk sikap yang menampik
kebenaran, merendahkan manusia, menutup pintu kebahagiaan, dan menghinakan
manusia.” Ketiga, sikap sombong merubah dirinya dengan seluruh mahluk, sebab
sikap sombong tidak memungkinkan seseorang mencintai yang lain sebagaimana
mencintai dirinya sendiri, sukap sombong tidak dapat membuat orang berendah
hati, meninggalkan sikap dengki dan marah, tidak berdaya mengekang amarah,
bersikap lembut dalam memberi nasehat atau meninggalkan sikap riya’. Jadi pada
dasarnya, setiap akhlak tercela akan selalu dilalui oleh orang yang sombong dan
tidak ada akhlak terpuji kecuali harus meninggalkan sifat tersebut.
Dalil yang diambil dari surat Al Qashash:83
menjelaskan bahwa sorga adalah tempatnya orang-orang yang tidak sombong. Dan
pada dalil yang terdapat dalam surat Luqman:18 Allah swt memerintahkan kita
untuk tidak sombong kepada sesama.
Oleh karena itu
al-Ghazali menjelaskan bahwa, jika kesombongan itu ditujukan kepada Allah untuk
tidak tunduk pada perintah-Nya, maka itu adalah benar-benar kekufuran. Jika
kesombongan itu ditujukan kepada para rasul untuk tidak patuh kepada mereka
karena mereka adalah manusia seperti dirinya, maka itu pun benar-benar
kekufuran. Dan jika kesombongan itu ditujukan kepada manusia dan menyeru mereka
untuk berkhidmat kepada dirinya serta tunduk kepadanya, maka itu pun merupakan
pengingkaran terhadap Allah, karena tidak sepatutnya ia memerintahkan orang
lain taat kepadanya. Jadi jika ia berbuat baik, berilmu dan beramal, lalu
menyombongkannya kepada manusia, maka ia telah menghilangkan pahalanya, dan
hampir pahalanya itu menjadi sia-sia.
Langkah – Langkah Untuk Menghindari Sifat Sombong
Langkah-langkah umum untuk menghindari sikap
sombong adalah dengan mengenali diri kita sendiri. Bahwa kita manusia
sebenarnya hanya berasal dari mani yang bau dan pada akhirnya akan mati menjadi
bangkai yang menjijikkan. Sebagaimana firman Allah, “ Binasalah manusia,
alangkah amat sangat kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya? Dari
setetes sperma, Allah menciptakan lalu menentukannya. Kemudian Ia memudahkan
jalannya, dan mematikannya, serta memasukkannya ke dalam kubur. (Q.S. Al-A’raf:
179). Alangkah baiknya jika manusia mengetahui bahwa dirinya diciptakan dari
saru pati tanah dan bukanlah apa-apa. Manusia pun tidak bisa menghindar dari
ancaman nyawanya, akal, kesehatan, atau anggota badannya dan akhirnya kematian
yang akhirnya akan dihadang oleh siksaan dan hisab pula setelahnya. Maka
sebenarnya manusia tidak bisa menyombongkan apapun, Karena ia hanyalah seorang
hamba yang hina dan tidak memiliki kuasa sedikitpun.
Oleh karena itu al-Ghazali menjelaskan obat
kesombongan atas faktor-faktor atau sumber-sumber dari sifat sombong tadi.
Bahwa sesungguhnya ilmu yang hakiki adalah sesuatu yang mampu membawa seseorang
untuk mengenal Tuhannya dan mengenal dirinya sendiri, takut akan akhir hidupnya
kelak dan hujjah Allah yang ditimpakan kepadanya. Sedangkan ‘Abid (ahli ibadah)
yang sejati akan bertawadhuk ketika berilmu, karena merasa dirinya bodoh. Dan
jika ia berasal dari keturunan yang berpangkat ataupun dianggap terhormat, maka
ia senantiasa akan merenungkan asal-usul keturunannya. Dan jika mereka
berbangga terhadap harta mereka, seharusnya mereka menyadari bahwa kekayaannya
itu adalah sesuatu yang justru akan mengundang tangan-tangan jahil dan pencuri,
dan bahwa kemolekan dan kerupawanan paras akan hilang begitu saja jika diri
ditimpa sakit.
Di atas semua itu,
al-Ghazali mengungkapkan bahwa hal-hal yang terbaik adalah yang pertengahan.
Maka kerendahan yang terpuji adalah merendah kepada yang sebaya tanpa kehinaan.
BAB III
KESIMPULAN
Meskipun manusia diberkahi suara hati atau
nurani, tempat bersemayangnya “nur” Ilahi pada diri, namun seringkali
suara hati ini lemah terdengar karena tertutup oleh begitu nyaringnya
suara-suara nafsu ego demi mengejar kepentingan tertentu yang terbatas dan
bersifat sementara. Ketika hati tidak lagi jernih, maka modus berfikir
manusia pun bergeser dari mengasah suara hati menjadi sekedar instrument/alat
apologi, dalam arti mencari-cari alasan membenarkan tindakan-tindakan yang
sesungguhnya salah dan telah menyimpang. Semua ini terjadi ketika
nafsu yang mengejar orientasi pada kepentingan egoistik lebih menguasai
daya sadar otentiknya sebagai manusia yang memiliki fitrah yanghanif,
yakni cenderung pada kebenaran. Karenanya, dominasi nafsu-nafsu instingtif
hewani yang egoistik dan semakin tidak terkontrol ini merupakan virus yang merongrong
daya tahan hati sehingga terbaring kaku, mulai membeku dan suaranya semakin
lemah tak terdengar. Ketika hati menjadi sakit, fikiran pun tidak lagi
berdiri di atas motif-motif kejernihan intuitif, melainkan menjadi hamba nafsu
sebagai gantinya, dan efek tindakannya pun tidak lagi sehat melainkan
menyimpang dari nilai-nilai yang seharusnya sehingga akhlaknya pun menjadi
tidak terpuji. Karena itulah akhlak seseorang pertama-tama sangat ditentukan
oleh bening dan kotornya, atau sehat dan sakitnya hati seseorang.
Kondisi-kondisi yang dapat membuat hati
menjadi sakit, sebut saja, penyakit atau “virus-virus hati yang paling
berbahaya diantaranya menurut al-Ghazali ada 3 jenis, yakni Amarah,
Dengki dan Sombong. Ketiga penyakit ini
memiliki keterkaitan kuat satu sama lain, dalam arti jika ingin mengobati, maka
pengobatan penyakit hati ini harus tuntas semuanya. Karena dikatakan bahwa
penyakit hati yang tingkatannya jauh lebih berbahaya adalah Amarah yang membuat
penderitanya tak akan luput pula dari penyakit hati yang lain yakni Dengki dan
Sombong. Ketika menyombongkan sesuatu yang dimilikinya atau yang ada pada
dirinya, maka otomatis ia mengharapkan imbalan pujian dari orang lain sebagai
pengakuan akan keberadaan dirinya beserta kemegahan dan berujung pada keiri
hatian atau kebencian jikalau ada saudaranya yang memiliki nikmat yang lebih
daripadanya, hingga ia berusaha agar ia tetap mempertahankan kedudukannya dan
menghilangkan nikmat yang dianugerahkan Allah pada saudaranya itu. Inilah
ketiga penyakit hati yang akut dan harus segera diobati dengan ilmu dan
pengenalan diri serta kembali menyandarkan segala sesuatunya kepada Yang layak
diharap pertolongannya dan dipuja, yakni Allah Swt.
0 komentar:
Posting Komentar